LATAR BELAKANG PERJUANGAN
Usaha mempertahankan kemerdekaan yang dilaksanakan oleh seluruh Bangsa Indonesia pada Periode 1945 – 1950 dengan perang gerilya dan gerilya diplomasi di forum percaturan Internasional kini cendrung diperingati dengan mengembalikan kenangan pada situasi pada saat terjadinya epos kepahlawanan waktu peristiwa terjadi. Rupanya kita perlu untuk menengok kembali epos kepahlawanan yang telah diperlihatkan para pahlawan dan pendahulu kita dalam perjuangannya untuk menegakkan dan mempertahankan Proklamasi 17 Agustus 1945. Hal tersebut penting bagi seluruh generasi pemuda Bangsa Indonesia untuk membangkitkan dan mengobarkan semangat cinta kepada Tanah Air (patriotisme) dalam usaha pembangunan dan pembinaan Bangsa.
Yang berperan di saat itu adalah semua
kekuatan politisi, pemuda, kekuatan angkatan bersenjata dan yang tidak
boleh diabaikan adalah massa rakyat yang merasakan pahitnya suasana
tertindas dizaman kolonial.
Demikian pula pada saat perjuangan
Pemancar YBJ-6 selalu melibatkan rakyat, karena tanpa rakyat yang
berpartisipasi secara spontan dalam memberikan bantuan baik secara moril
maupun materil, rasanya mustahil perjuangan dengan membawa peralatan
dengan ukuran besar dan berat dapat menjalani rute yang terhitung
panjang.
Perlu kita ketahui apa yang
melatarbelakangi Perjuangan Pemancar YBJ-6 sehingga dalam perwujudan
akan rasa kecintaan terhadap Negara Repoblik Indonesia, mereka yakin
dengan bermodalkan pemancar dapat memberikan andil dalam mewujudkan
pemerintah RI yang benar-benar merdeka.
Ketika Yogyakarta telah jatuh, RVD
Belanda secara teratur mengeluarkan propaganda bahwa, pemerintah RI
telah tidak ada yaitu dengan ditawarkannya Kepala Negara dan sebagian
besar anggota pemerintah.Tetapi pihak Sekutu tidak mengetahui jika telah
terjadi mandat sehingga Pemerintah Ri yang syah masih ada yaitu
PDRI,yang diketuai oleh Mr.Syafruddin Prawiranegara lengkap dengan
anggota kabinet.Berkenaan dengan masih adanya pemerintahan RI yang
syah,maka YBJ-6 mengemban tugas untuk memblokade Belanda, karena bangsa
Indonesia telah terisolir dari dunia luar dan memberitakan ke luar
negeri, bahwa Pemerintah RI masih tetap ada dan berdiri dengan
syarat-syaratnya ada pemerintahan, ada rakyat dan ada wilayah.
Dengan berlandaskan itulah dan ditunjang
oleh suatu keyakinan bahwa suatu saat negara Indonesia harus bebas dari
belenggu Penjajah, maka dimulailah perjuangan Pemancar YBJ-6.
SITUASI POLITIK AKHIR TAHUN 1948
Suasana pada akhir tahun 1948 di Indonesia menunjukkan gejala bahwa diplomasi secara damai yang dilancarkan oleh Republik Indonesia memperlihatkan gejala, bahwa Belanda akan merencanankan tusukan dari belakang.
Mendung, gelap yang melayap rendah ini
terasa pula di kota Bukittinggi, yang pada waktu itu menjadi ibukota
Provinsi Sumatera. Melihat gelagat yang akan membahayakan tonggak pilar
Proklamasi Kemerdekaan bangsa Indonesia, maka Pimpinan Pejabat Pos,
Telegrap, Telepon dan Radio Republik Cabang Pusat telah mengambil
tindakan-tindakan preventif, agar hubungan telekomunikasi Radio dalam
keadaan dan suasana apapun dapat dilaksanankan dengan sempurna. Agar
hubungan antara Pemerintah Pusat di Yogyakarta dan Provinsi Sumatera
dapat tetap dijalankan apapun konsekuensinya.
Untuk menghadapi situasi genting
tersebut usaha pertama yang dilaksanakan oleh Wakil Pimpinan PTTRRI yang
dijabat oleh Achmad Basah adalah merekrut karyawan pemuda yang
betul-betul berjiwa Republiken yang dapat diandalkan kesetiaanya kepada
Proklamasi 17-08-1945. Korps istimewa yang beranggotakan Pemuda-Pemuda
yang militan pada tanggal 6 Mei 1946 dilantik bertempat di rumah
kediaman Achmad Basah di jalan Melati Bukittinggi. Pada saat pelantikan
tersebut beliau beramanat bahwa: ” Bilamana terjadi serangan
besar-besaran oleh Belanda yang mungkin mengakibatkan pegawai-pegawai
menjadi panik sehingga sebagian besar mengungsi, menyelamatkan diri dan
pekerjaan menjadi kucar-kacir, kepada kalian yang hadir malam ini saya
serahkan tanggung jawab yang besar. Dalam keadaan bagaimanapun juga saya
mengharapkan agar kalian tetap berada di Pos masing-masing dan
melanjutkan perjuangan ini dengan cara dan alat yang ada pada kita.
Perhubungan Radio mesti dan hauis tetap berjalan sebagaimana mestinya.
Pokoknya perjuangan ini harus dilanjutkan. Ditangan saudara-saudara
masing-masing terletak kewajiban yanb murni.”
19 DESEMBER 1948, BUKITTINGGI DI BOM BELANDA
Belanda secara sepihak telah merobek robek isi perjanjian Renville dengan jalan menyerang dan membom Ibu Kota Negara Republik Indonesia di Yokyakarta dan kota-kota lainnya, termasuk bukittinggi pada hari pada tanggal 19 Desember 1948.
Bom pertama jatuh pada jam 08.00 pagi
waktu sumatera utara dan tepat jatuh di Markas Tentara RI. Kantor kawat
dijalan birugo menjadi sasaran bom yang ternyata meleset . sasaran yang
menjadi serangan bom berikutnya adalah stasiun pemancar di Tarok, RRI,
Stasiun Radio TRI, stasiun penerima PTTRRI di Garegeh. Pada saat
pemboman berjangsung, para operator dan telegrafis radio masih tetap
menjalankan tugasnya, berhubungan dengan beberapa Ibu Kota Karesidenan
Provinsi Sumatra , serta stasiun – stasiun yang ada di pulau jawa. Kota
kota yang mengadakan hubungan adalah Kota Raja, Pekan Baru , Sibolga ,
Medan , Jambi dan Palembang.
Sedang Dari Yogya diterima berita bahwa
pada saat yang sama Belanda telah menyarang Ibu Kota RI. Para Operator
pada jam 12.30 diperintahkan untuk meninggalkan kantor Kawat Bukit
tinggi akibat pemboman hampir seluruh pemancar radio hancur, hanya
sebuah pemancar yang mendapat mukjizat selamat dari serangan bom
mukjizat terjadi atas pemancar yang berkode panggilan ( CALL SIGN ) YBJ –
6 karna ternyata sebuah bom yang jatuh disebelahnyan tidak meledak .
tangan tuhan telah melaksanakan kehendaknya untuk menyelamatkan pemancar
radio YBJ-6 dari kehancuran serangan bom .
Pada malam harinya pemuda anggota KORPS-
Istimewa membongkar pemancar YBJ-6 dan diangkat kesebuah mobil truk dan
perangkat lainnya diangkut bersama. Dengan pengawalan dari anggota
KORPS-Istimewa PTTRRI dibawah pimpinan DS Ardiwinata seluruh Pemancar
YBJ-6 dibawah mundur kepedalaman Sumbar.
PEMANCAR YBJ-6 MULAI MISI GERILYANYA
Arah pengunduran rombongan gerilya adalah halaban , perkebunan teh dilereng gunung sago daerah Payakumbuh. Esok malamnya pemancar gerilya sudah sampai demarkas PDRI di Lubuk Sikaping. Atas perintah dari PDRI pemancar di angkut menuju pauh tinggi. Sore hari berikutnya pemancar sudah dapat berhubungan dengan pemancar lainnya dan meneruskan instruksi dari PDRI untuk pengaman perangkat pemancar dari serangan pesawat belanda . Di Pauh tinggi tidak berlangsung lama , karena bukittinggi dan Baso sudah diduduki belanda. Pemancar dengan awak yang mengoperasikannya mendapat perintah PDRI berangkat ke Bangkinang yang kemudian tujuannya di ubah menuju Lintau. Tempat pertama adalah di tangah padang , balai tangah. Pemancar yang beratnya 750 kg dipikiul berramai ramai dan bergantian pemindahan seluruh perangkat pemancar harus dilaksanakan pada malam hari untuk mengamankan operasi itu sendiri. Hujan dan lahan yang becek dan licin menambah beban operasi pertahanan jalur operasi PDRI .
Sebelum Ibu Kota Yokyakarta Diserbu Belanda pada tanggal 19 Desember antara Indonesia dan India mempunyai Jalur hubungan Radio telegrafi sebagai salah satu jalur telekomunikasi internasional yang dimilikinya pemerintah Indonesia.
Dengan jatuhnya Yokyakarta , maka
terputuslah hubungan radio telegrafi tersebut , dan terputuslah
satu-satunya jalur telekomunikasi dengan dunia internasional yang di
miliki pemerintah RI. Untuk menyambung kembali jalur tersebut dengan
dunia internasional maka pemerintahan Darurat Republik Indonesia
memerintahkan untuk mengusahakan tersambungnya jalur telekomunikasi
dengan India dengan mempergunakan pemancar YBJ – 6 . Usaha tersebut
berkaitan dengan diselenggarakannya konfrensi Pan Asia Pertama yang
diselenggarakan di Newdelhi di India dengan perintah tersebut dimulailah
usaha dramatis menghubungi pemancar VWX-2 yang menyelenggarakan
perhubungan dengan Yogyakarta pemancar VWX 2 milik india itu tidak
pernah berhubungan langsung dengan YBJ – 6 . dengan bermodal perkiraaan
yang serba untung untungan , 14 januari 1949 dipanggilah pemancar VWX – 2
melalui saluran morse radio yang diketok dengan tangan secara
bergantian dengan siaran broadcast.
Berhari-hari YBJ – 6 memanggil dengan
ketokan kunci morse bergantian diantara para operator Korps Istimewa
secara broadcast tanpa hasil, karena VWX-2 ternyata selalu berhubungan
dengan Hongkong , Sydney dan lain-lain stasiun
Usaha-usaha melelahkan ini tidak membuat semangat para operator patah semangat. Nota broadcast tetap diketok setiap malam tanpa putus asa. Akhirnya pada tangga17 Januari 1949 VWX-2 menyahut panggilan YBJ-6.
Dengan terbukanya hubungan radio dengan
india , maka tembuslah blokade yang dilakukan belanda. Keberhasilan misi
pemancar YBJ – 6 untuk menghubungi india segera dilaporkan kepada PDRI
dan Gubernur militer di Bukittinggi . 19 Januari 1949 telegram pertama
dikirimkan ketua PDRI MR Syafrudin Prawira Negara kepada panitia
konfrensi Asia melalui wakil Indonesia di Newdelhi Dr. Sudarsono.
Kemudian juga ditujukan pada mister MR Maramis untuk mengangkat Mr
Maramis menjadi menteri luar negeri RI. Telegram yang sangat penting
tersebut baru dapat di kawatkan ke india pada 25 januari 1949 telegram
ini diterima dengan selamat .
Berkenaan dengan pengangkatannya sebagai
Menteri Luar Negeri RI , maka pada tanggal 29 Januari 1949 MR. Maramis
mendapat kesempatan bicara di corong all India Radio kepada rakyat
indonesia, ia berterima kasih besar Pandit Jawaharlal Nehru kepada
pemerintah darurat RI. Atas sambutan PDRI pada Sidang Konfrensi Asia
Permata Di Newdelhi .
Untuk menyambut peristiwa tersebut
gubernur militer sumatra barat mengirim telegram pada PYM Pandin
Jawaharlal Nehru dan semua wakil negara peserta konfrensi PAN Asia
melalui Dr Sudarsono .
Pemancar yang dapat berhubungan dengan YBJ – 6 antara lain :
1. MBM ( AD ): Medan Area
2. KUS ( AURI ): Tapanuli Selatan
3. ZZ ( AURI ): Koto Tinggi
4. GUS ( AD ): Laras Air ( Lintau )
5. ZAY ( AURI ): Penghubung YBJ – 6
6. PKY 4 ( PTT ): Jawa
7. MRC ( AD ): Sumatra Selatan
8. HX 3: Siliwangi, Jawa Barat
9. YHP dan YHS – 3: Solo
10. PD – 2 ( AURI ): Aceh
1. MBM ( AD ): Medan Area
2. KUS ( AURI ): Tapanuli Selatan
3. ZZ ( AURI ): Koto Tinggi
4. GUS ( AD ): Laras Air ( Lintau )
5. ZAY ( AURI ): Penghubung YBJ – 6
6. PKY 4 ( PTT ): Jawa
7. MRC ( AD ): Sumatra Selatan
8. HX 3: Siliwangi, Jawa Barat
9. YHP dan YHS – 3: Solo
10. PD – 2 ( AURI ): Aceh
Manfaat yang dapat dipetik dengan terjalinya komunikasi antara lain :
– Menerima kirimman berita pertempuran.
– Para operator tidak mengabaikan informasi, tetapi meneruskannya secara estafet sehingga menjadi komunikasi masyarakat setempat.
– Masyrakat setempat mendapat informasi yang benar dan jelas.
– YBJ -6 menyelenggarakan siaran berita Bukit Barisan.
– Dapat dipergunakan untuk hubungan telegrafi dan telefoni.
– Menerima kirimman berita pertempuran.
– Para operator tidak mengabaikan informasi, tetapi meneruskannya secara estafet sehingga menjadi komunikasi masyarakat setempat.
– Masyrakat setempat mendapat informasi yang benar dan jelas.
– YBJ -6 menyelenggarakan siaran berita Bukit Barisan.
– Dapat dipergunakan untuk hubungan telegrafi dan telefoni.
Ketika halaban diserbu dari payakumbuh ,
pemancar dibongkar dan di pindahkan ke sebrang sungai Batang Sinamar
muncul kesulitan untuk menyebrangkan pemancar type LAB ZANDER, frekuensi
9075 berkekuatan 160 watt beratnya 750 kg , hanyalah sebuah jembatan
gantung dari kayu . akhirnya timbul kesepakatan , dengan resiko apapun
harus dapat dibawa ke sebrang sungai . maka dipilihlah 4 pemuda dari
BPNK untuk memikul pemancar , karna kebesaran tuhan pula pemancar beriku
para pejuang dapat selamat sampai tujuan . penembakan dan pemboman yang
dilakukan di Lintau termasuk lokasi YBJ – 6 mencar menjadi sasaran
utama belanda, tetapi YBJ – 6 dapat terhindar dari serangan bom, karena
telah diamankan ke tempat lain.
Setelah menempuh perjalanan yang
berpindah selama bergerilya , setlah keadaan memungkinkan akhirnya
pemancar YBJ 6 dibawah kesumpur kudus pada juli 1949. Dengan dimulainya
perundingan dengan pemerintah belanda , pemancar YBJ 6 dipindahkan ke
lokasi yang lebih dekat dengan kota, ketempat pengungsian pertama ke
Alang Lawas dihalaban . dilereng gunung sago Payakumbuh.
Walaupun PDRI telah kembali ke
bukittinggi namun YBJ 6 untuk sementara waktu tetap berada di Halaban
dan dapat berhubungan dengan Yogyakarta. Hal ini dilakukan dengan maksud
menghindarkan dari kemungkinan kemungkinan tipu mukslihat pihak Belanda
dalam perundingan-perundingan.
Pada Desenber 1949, sebagian rombongan
mandahului berangkat mamasuki kota Bukittinggi, dan mengambil alih
stasiun radio yang dipergunakan oleh Belanda, dan alih stasiun radio
yang dipergunakan oleh Belanda. Pada awal bulan Januari 1950, kembali
pemancar YBJ-6 mengudara di Bukittinggi.
BELANDA BERHASRAT MEMBUNGKAM JALUR TELEKOMUNIKASI YBJ-6
Tentara Pendudukan Belanda rupa-rupanya selalu memonitor seluruh kegiatan operasi pemancar YBJ-6 yang ternyata mampu manerobos blokade yang dengan ketat dilaksanakan. Belanda telah berhasil melokalisir tempat dimana kira-kira pemancar YBJ-6 dioperasikan, walaupun tempat tersebut selalu berpindah-pindah.
Dengan semakin meningkatnya operasi
militer Belanda untuk menghancurkan pemancar YBJ-6, maka usaha untuk
mangamankan wilayah disekitar lokasi pemancar semakin diperketat.
Lingkungan masyarakat Minangkabau malalui para Wali Nagarinya
diikutsertakan dalam usaha pengamanan wilatah tersebut.
Untuk menangkal usaha-usaha Belanda
malalui kaki-tangannya, melalui agen mata-mata yang disebar di wilayah
di sekitar Payakumbuh, maka di setiap nagari yang berdekatan dengan
lokasi pemancar dipancangkan bendera merah sebagai tanda bahwa di
wilayah tersebut sedang berjangkit wabah cacar dan wabah pes, sehingga
setiap orang asing yang akan memasuki wilayah tersebut akan surut
niatnya.
Setiap orang asing memasuki wilayah
pengamanan akan selalu dicurigai, lebih-lebih yang berani menanyakan
perihal “radio” rakyat dan masyarakat akan “mengamankan” mereka ini.
Berkat informasi masyarakat pemboman di
lokasi Lintau tidak menghasilkan apa-apa karena pemancar dan seluruh
perangkatnya sudah dipindahkan ke tempat yang lebih aman.
Sejarah memang telah mencatat, bahwa
seluruh usaha Belanda untuk membungkam satu-satunya jalur telekomunikasi
Pemerintah Darurat Republik Indonesia tidak berhasil. Kegagalan Belanda
ini adalah berkat perjuangan seluruh Rakyat Indonesia, khususnya Rakyat
di Sumatera Barat, yang berjiwa Patriot, yang menyadari betapa
Kemerdekaan harus dibela. Haram berputih mata meringkuk tunduk dipangku
penjajah. Mulialah mereka yang berkalang tanah di haribaan Bumi Pertiwi,
gugur untuk Kemerdekaan, untuk Nusa dan Bangsa
Tulisan ini disadur dari buku NAPAK TILAS PERJUANGAN PEMANCAR YBJ-6, Produksi PERUMTEL, Tahun 1984.
Publikasi tulisan ini semata-mata hanya untuk memberikan informasi kepada seluruh bangsa Indonesia, terutama generasi muda tentang perjuangan para pahlawan belanegara
Kami mohon maaf apabila publikasi ini tanpa seizin dari pihak PERUMTEL.
Radio YBJ-6
0 Komentar